Rangkaian peringatan hari jadi (dies natalis) STEM
“Akamigas” ke – 46 dilaksanakan pada bulan Maret 2013 meskipun hari jadi STEM
“Akamigas” adalah di bulan Februari mengingat pada bulan Februari 2013 seluruh
mahasiswa STEM “Akamigas” sedang melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di
stakeholder bidang migas, pertambangan dan kelistrikan untuk mempersiapkan
Kertas Kerja Wajib maupun Skripsi.
Rangkaian peringatan dies natalis mengambil tema dengan
tagline.., kegiatan ini meliputi kegiatan sosial (donor darah, sembako murah,
bantuan biogas) untuk masyarakat sekitar kampus Cepu, kegiatan olahraga (bola
volley, bulu tangkis) open tournament untuk kabupaten Blora, kegiatan seni
(STEM Idol, parade band), kegiatan ilmiah (seminar nasional dengan nara sumber
Prof. DR. Ir Rudi Rubiandini dari SKK Migas dan DR.Ir Ibrahim Hasan dari
masyarakat sector hilir migas). Rangkaian kegiatan dies natalis diakhiri dengan
panggung gembira yang diawali dengan melaksanakan jalan sehat bagi seluruh
civitas academica STEM “Akamigas” beserta masyarakat Cepu dan menghadirkan
bintang tamu Jikustik Band.
Pada acara seminar ilmiah, panitia menghadirkan dua
narasumber yang mempunyai kredibilitas yang tinggi dibidang pengelolaan energi
migas yaitu Prof. DR. Ir. Rudi Rubiandini, yang merupakan mantan wakil menteri
ESDM yang saat ini menjabat sebagai pucuk pimpinan SKK Migas (unit pengganti BP
Migas), dalam seminar ini diungkapkan oleh Prof. Rudi bahwa pengertian
nasionalisme dalam pengelolaan migas perlu diluruskan.
Yang berkembang saat ini penegertian nasionalisme adalah
mengembil alih pengelolaan migas dari KKKS kepada pemerintah RI, menurut Prof.
Rudi hal tersebut kurang tepat, mestinya nasionalisme pengelolaan migas adalah
dengan mengambil porsi keuntungan yang terbaik bagi bangsa Indonesia mengingat
mereka (KKKS) datang ke Indonesia adalah memenuhi undangan pemerintah melalui
Pertamina (waktu itu) dimana kondisi ekonomi kita yang masih sangat kurang atau
tidak memeliki modal untuk mengelola migas, mereka datang dengan menanggung
resiko ekonomi (100%) kerugian jika tidak menemukan migas dan jika
dihasilkan produk minyak mereka mendapatkan 15% setelah dipotong biaya
recovery. Hal tersebut sudah menjadi keputusan atau jalan yang diambil oleh pendahulu
kita sehingga apabila nasionalisme pengelolaan migas diartikan untuk
mengambilalih tanpa melibatkan mereka tentunya hal ini adalah kurang tepat,
karena tentunya mereka tidak akan melakukan investasi untuk menembah atau
mencari cadangan lagi dan hal ini tentu akan berakibat pada semakin menurunnya
produksi pada lima atau sepuluh tahun ke depan.