Sabtu, 27 Juli 2013

Dies Natalis STEM "Akamigas" Ke-46

Rangkaian peringatan hari jadi (dies natalis) STEM “Akamigas” ke – 46 dilaksanakan pada bulan Maret 2013 meskipun hari jadi STEM “Akamigas” adalah di bulan Februari mengingat pada bulan Februari 2013 seluruh mahasiswa STEM “Akamigas” sedang melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di stakeholder bidang migas, pertambangan dan kelistrikan untuk mempersiapkan Kertas Kerja Wajib maupun Skripsi.
Rangkaian peringatan dies natalis mengambil tema dengan tagline.., kegiatan ini meliputi kegiatan sosial (donor darah, sembako murah, bantuan biogas) untuk masyarakat sekitar kampus Cepu, kegiatan olahraga (bola volley, bulu tangkis) open tournament untuk kabupaten Blora, kegiatan seni (STEM Idol, parade band), kegiatan ilmiah (seminar nasional dengan nara sumber Prof. DR. Ir Rudi Rubiandini dari SKK Migas dan DR.Ir Ibrahim Hasan dari masyarakat sector hilir migas). Rangkaian kegiatan dies natalis diakhiri dengan panggung gembira yang diawali dengan melaksanakan jalan sehat bagi seluruh civitas academica STEM “Akamigas” beserta masyarakat Cepu dan menghadirkan bintang tamu Jikustik Band.

Pada acara seminar ilmiah, panitia menghadirkan dua narasumber yang mempunyai kredibilitas yang tinggi dibidang pengelolaan energi migas yaitu Prof. DR. Ir. Rudi Rubiandini, yang merupakan mantan wakil menteri ESDM yang saat ini menjabat sebagai pucuk pimpinan SKK Migas (unit pengganti BP Migas), dalam seminar ini diungkapkan oleh Prof. Rudi bahwa pengertian nasionalisme dalam pengelolaan migas perlu diluruskan. 


Yang berkembang saat ini penegertian nasionalisme adalah mengembil alih pengelolaan migas dari KKKS kepada pemerintah RI, menurut Prof. Rudi hal tersebut kurang tepat, mestinya nasionalisme pengelolaan migas adalah dengan mengambil porsi keuntungan yang terbaik bagi bangsa Indonesia mengingat mereka (KKKS) datang ke Indonesia adalah memenuhi undangan pemerintah melalui Pertamina (waktu itu) dimana kondisi ekonomi kita yang masih sangat kurang atau tidak memeliki modal untuk mengelola migas, mereka datang dengan menanggung resiko ekonomi (100%) kerugian jika tidak menemukan migas dan jika dihasilkan produk minyak mereka mendapatkan 15% setelah dipotong biaya recovery. Hal tersebut sudah menjadi keputusan atau jalan yang diambil oleh pendahulu kita sehingga apabila nasionalisme pengelolaan migas diartikan untuk mengambilalih tanpa melibatkan mereka tentunya hal ini adalah kurang tepat, karena tentunya mereka tidak akan melakukan investasi untuk menembah atau mencari cadangan lagi dan hal ini tentu akan berakibat pada semakin menurunnya produksi pada lima atau sepuluh tahun ke depan. 

Prof Rudi juga mengingatkan bahwa meningkatkan lifting minyak harus diikuti dengan peningkatan cadangan atau penemuan/pencarian sumur baru yang akan menjadi tinggalan bagi anak atau generasi yang akan dating. Sebagai Kepala SKK Migas, Prof Rudi juga mencanangkan bahwa tahun ini adalah tahun pengeboran, pada tahun ini akan dilaksanakan 1.178 titik pengeboran. Kita doakan Prof. Rudi, semoga apa yang dicanangkan mendapatkan dukungan dari stake holder migas dan membawa manfaat bagi bangsa Indonesia